“Dek Rol”, begitulah pria ini disapa sehari-hari dalam keluarganya. Anak bungsu dari 6 bersaudara ini memiliki nama lengkap Khairul Fajri. Pria yang berdarah Aceh-Arab ini lahir di sebuah kampung kecil bernama Idi Cut yang terletak di bagian Kabupaten Aceh Timur, Nanggroe Aceh Darussalam, pada 27 tahun silam, tepatnya pada 20 Oktober 1981.
Beliau adalah anak dari pasangan Bapak (Alm.) Haji Muhammad Bin Harun dan Ibu (Almh) Hajjah Cut Syarifah Ummi Kalsyum. Sang Ayah dulunya merupakan seorang wiraswasta yang memiliki sebuah toko yang bernama Toko INDACO Furniture, sedangkan sang ibunda tercinta, Ibu (Almarhumah) Hj. Cut Syarifah Ummi Kalsyum, beliau adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa yang mengemban tugasnya bertahun-tahun dalam mendidik generasi-generasi penerus bangsa dan menjadikan mereka seorang yang sukses, dan berkat jerih payah dan kegigihan beliau di dunia pendidikan inilah, membuat mereka yang telah mengecap indahnya kesuksesan, selalu mengenang nama beliau. Ibu dari 6 anak ini pernah menjadi guru di Sekolah Dasar Negeri Seneubok Aceh, sebelum akhirnya beliau diangkat menjadi kepala sekolah di Sekolah Dasar Negeri Seneubok Baroh, dan setelah itu, beliau dipindah tugaskan lagi menjadi Kepala Sekolah Dasar dikampoeng Keude. Ketiga sekolah ini terletak di tempat kelahiran pria yang biasa di sapa Dek Rol tersebut.
Khairul, anak bungsu dari 6 bersaudara ini memiliki 4 saudara perempuan dan satu saudara laki-laki. Hidup di lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang, terlebih lagi menjadi anak yang sangat disayangi oleh ibunda tercinta membuat pria berwajah tampan ini termotivasi untuk terus memberikan yang terbaik untuk keluarga tercinta, khususnya untuk ibundanya yang tersayang. Ditahun 1988, disaat usianya menginjak 7 tahun, ia memulai pendidikannya di sebuah sekolah dasar yang berada Seunebok Aceh di mana sang ibunda tercinta juga mengajar di sekolah tersebut. Selama lebih kurang 5 tahun ia menghabiskan masa belajarnya di SD yang berada di Seunebok Aceh ini. Namun kemudian saat sang ibu diangkat menjadi kepala sekolah di sebuah sekolah dasar yang berada di Seunebok Baroh, Khairul Fajri pun mengikuti sang ibu pindah ke sekolah tersebut dan melanjutkan pendidikan hingga ia menamatkan masa sekolah dasarnya.
Setelah menamatkan pendidikanya di sekolah dasar pada tahun 1994, “Dek Rol”, seperti biasa ia disapa, melanjutkan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah Negeri. Idi Rayeuk selama 3 tahun. Tergolong sebagai anak yang aktif, Khairul Fajri mencoba terjun ke berbagai kegiatan di sekolahnya. Pria ini pernah menjabat sebagai ketua OSIS selama 2 tahun berturut-turut. Ia juga seorang yang aktif dalam mengikuti kegiatan pramuka sehingga membawanya untuk berekspresi dan mencetak sebuah prestasi lagi dengan mengikuti Jambore se-Aceh. Namun kesibukan berorganisasi tak menghalanginya untuk terus belajar, sebagai wujud nyata dari sikap gigih tersebut, ia pernah menjuarai lomba pidato di sekolahnya dan meraih peringkat ke-2 untuk perlombaan tersebut. Ia juga merupakan seorang siswa yang cukup pintar hingga berturut-turut meraih peringkat ke 2 selama mengecam ilmu di bangku MTsN, Idi Rayeuk.
Di tahun 1997, pria yang memiliki hobby travelling ini melanjutkan sekolahnya di Langsa, tepatnya di pusat Kotamadya Langsa. Inilah pertama kalinya ia berhijrah dari keluarganya yang berada di Idi Cut, Kabupaten Aceh Timur. Sejak masuk ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 02. Langsa mulai tahun 1997 hingga tahun 2000, pria ini memutuskan untuk tinggal bersama pamannya yang bernama Samsuar Amin, yang juga sering di sapa dengan nama Cek Weed. Beliau adalah seorang Kapolsek Julok, Aceh Timur. Sebagai seorang kepala keluarga, beliau sangat menerapkan kedisiplinan kepada seluruh anggota keluarganya. Hal ini membuat pria yang bernama Khairul Fajri atau yang kerap di sebut dengan nama Dek Rol ini belajar menjadi seorang yang lebih dewasa dalam memaknai hidupnya.
Sejak mengecam pendidikan di bangku SMK inilah, Khairul Fajri lebih banyak menghabiskan waktu senggangnya dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat kerohanian. Ia pernah menjadi ketua remaja mesjid Nurul Iman Tualang Tengah, dan juga menjadi koordinator TPA Mesjid Nurul Iman Tualang Tengah. Di samping menghabiskan waktu senggangnya di Mesjid Nurul Iman Tualang Tengah, pria yang saat itu berstatus sebagai siswa di SMK Negeri 02 Langsa ini kerap kali membantu guru di laboratorium sekolahnya setiap kali usai waktu sekolah. Bapak Jamiluddin, ST., seperti itulah ia dikenal, seorang guru di tempat Khairul Fajri menimba ilmu di SMK nya inilah yang sering meminta bantuan Khairul di laboratorium. Beliau merupakan guru yang sangat baik hati dan selalu membantu Khairul dalam segala kesulitan. Dari beliaulah Khairul Fajri mendapat satu lagi pengalaman hidup yang begitu berharga. Pria paruh baya itu pernah berkata kepadanya, “Rul, jika kita ingin sukses, kita harus memulai segala sesuatunya dari hal-hal yang paling dasar, dengan jerih payah, tekad, dan semangat yang kuat, kesuksesan akan lebih mudah untuk kita raih.” Ibarat kata pepatah, Berakit-rakit dahulu berenang-renang kemudian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Tidak ada hal yang tidak mungkin yang dapat kita capai di dunia ini. Inilah yang membuat pria yang memiliki hobby berenang ini lebih gigih lagi dalam segala hal yang dia hadapi. Nyatanya, selain menjadi remaja mesjid yang aktif, ia juga seorang siswa yang cukup berkopetensi dalam hal pendidikan. Ia pernah menjuarai Kompetisi Keterampilan Kejuruan untuk Sekolah Menengah Kejuruan se-Aceh yang kemudian meraih peringkat ke-2.
Setelah lulus sekolah menengah, saat itu pula kondisi Aceh dalam keadaan tidak aman Kerusuhan yang terjadi antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Tentara NKRI, membuat negeri Serambi Mekkah itu menjadi Daerah Operasi Militer (DOM). Disaat getir-getirnya perpecahan dan kerusuhan inilah Khairul Fajri akhirnya memutuskan untuk berhijrah ke Jakarta. Dengan bermodalkan keberanian dan tawakkal pada Yang Maha Kuasa, pria berdarah Arab ini melanjutkan perjuangan hidupnya di Ibukota Negara Republik Indonesia tersebut.
Dua tahun di Jakarta, ia tidak langsung melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah. Sebulan pertama kedatangannya di kota metropolitan itu, ia tinggal bersama salah satu kakak sepupunya yang saat itu berdomisili di Jakarta. Namun, pada bulan berikutnya, ia memberanikan diri untuk hidup mandiri jauh dari keluarga. Pria ini kemudian pindah ke sebuah asrama mahasiswa yang bernama Asrama Mahasiswa FOBA. Hanya saja, walaupun telah tinggal di asrama mahasiswa, pria yang juga mempunyai hobby membaca ini masih juga belum melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah. Kesehariannya ia habiskan dengan beraktifitas di mesjid dan juga mengikuti beberapa program pendidikan non-formal. Agustus 2000, Khairul Fajri memberanikan diri untuk mengikuti program kursus computer dalam bidang Program Auto CAD di VISI, Jakarta. Kemudian dilanjutkan pada bulan Oktober 2000, mengingat getirnya persaingan dunia internasional, sehingga pria yang berkulit sawo matang ini menguatkan tekad untuk kursus berbahasa Inggris di LIA, Jakarta. Walau memulai dari level basic dan kemudian menuju ke level general, namun hal itu tak mengecilkan semangatnya untuk terus berusaha dan menuntut ilmu. Sehari-hari Khairul menghabiskan waktu kosongnya di mushalla yang terdekat dengan asrama tempat ia tinggal. Disebabkan oleh kebiasaanya menghabiskan waktu senggangnya di mushalla inilah, akhirnya Allah mempertemukannya dengan seorang ustadz yang bernama Ustadz Fauzi Sholeh, S.Ag, M.Ag. Beliau lah yang akhirnya memberikan ide usaha yang membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Bersama Ustadz Fauzi, Khairul Fajri akhirnya mendirikan sebuah rental computer yang berkawasan di Ciputat, Jakarta. Rental komputernya ini berdiri tepat di samping sebuah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, dan mereka namakan rental computer ini dengan nama Rental Komputer Syukur Com.
Kesehariannya yang diwarnai oleh beraneka ragam kehidupan kampus yang kebetulan berada di samping rental computer yang ia dirikan bersama Ustadz Fauzi, membuatnya termotivasi untuk kembali melanjutkan pendidikannya di universitas tersebut. Namun mengingat ia berasal dari sebuah sekolah kejuruan yang berbasis teknik, sehingga ia merasa tidak cukup banyak memiliki pengetahuan dalam bidang agama. Waktu demi waktu ia lewati dengan bekerja di rental computer yang ia dirikan bersama ustadz Fauzi. Setiap harinya selalu ada tempahan pengetikan makalah maupun tugas-tugas kuliah dari mahasiswa setempat. Dari pekerjaan mengetik makalah dan tugas-tugas mahasiswa itulah Khairul Fajri akhirnya dapat mempelajari apa yang dipelajari mahasiswa-mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah itu. Semakin lama ia belajar, ia semaki termotivasi untuk melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah lagi. Dengan tekadnya yang kuat, ia memberanikan diri untuk ikut Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri di UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta, dan akhirnya ia lulus masuk ke universitas tersebut.
Di tahun 2002 inilah ia memulai kembali pendidikannya di bangku kuliah. Selama satu semester pertama, pria yang memiliki tinggi 175 cm ini masih melanjutkan usahanya di Rental Komputer Syukur Com yang telah ia dirikan bersama Ustadz Fauzi tersebut. Namun, setelah beberapa semester berikutnya, berkat pengalamannya dalam beberapa pendidikan non formal yang pernah ia ikuti, ia memberanikan diri untuk mencari pengalaman kerja di dunia marketing.
Dengan modal pengetahuan yang ia dapatkan dari Seminar Sehari “Strategy to Apply for Job” di Sahid Jaya Hotel, Jakarta, pada 30 Juli 2000, ia mencoba mencari pekerjaan dalam bidang marketing. Dengan kegigihannya, akhirnya di tahun 2003, ia memperoleh pekerjaan sebagai Sales Executive di Iconplus, Jakarta. Sebuah perusahaan provider internet ini membawa Khairul untuk lebih cergas dalam bertindak, karena product yang berkualitas tinggi dengan kecepatan jaringan internetnya ini, membuat product bermutu ini selalunya dibeli oleh perusahaan-perusahaan besar yang ada di Jakarta.
Tekad, semangat, dan kegigihannya dalam berusaha mencari rezeki untuk terus bertahan hidup dan melanjutkan kuliahnya, membuat Khairul Fajri tak pernah lelah dalam mencari pekerjaan yang kian lama kian membaik. Di tahun yang sama, tahun 2003, ia juga pernah bekerja sebagai Sales Executive di PT. Ing Aetna, Jakarta, sebuah perusahaan yang menawarkan insurance kepada masyarakat. Disini Khairul Fajri mendapat pengalaman yang cukup berharga, karena tidak banyak masyarakat yang mau mengasuransikan diri mereka, sehingga memacunya untuk terus berusaha lebih keras lagi. Walau berkali-kali tawarannya di tolak orang, namun ia tak pantang mundur. Akhirnya ia mendapatkan banyak klien yang berdarah cina, mereka yang berfikiran jauh lebih kepada masa akan datang, dengan senang hati menerima tawaran-tawaran asuransi yang diberikan oleh pemuda bertubuh semampai ini.
Selanjutnya, setelah beberapa bulan bekerja di PT. Ing Aetna, memasuki tahun 2004, pria ini kembali mencari sebuah pekerjaan lain yang juga masih berkisar dunia marketing. Khairul akhirnya mendapatkan pekerjaan di American Express Bank, Jakarta. di tempat kerjanya yang baru ini, ia mendapatkan posisi yang cukup baik. Dengan modal pendidikan non-formal yang ia dapatkan pada workshop “Table Manager” di President Hotel, Jakarta pada 30 Mai 2000, dan juga Traning Kepemimpinan (TIMPAN) di PP. IMAPA, Jakarta, pada 2001, serta Seminar Sehari “ Lapangan Kerja” di UIN Syahid, Jakarta pada 1 Juni 2002, membuat pria berdarah arab ini memiliki kredibilitas untuk menjadi seorang coordinator pemasaran credit card American Express. Sebagai coordinator pemasaran kartu kredit yang menggunakan currency dollar ini, Khairul termotivasi untuk lebih berusaha keras lagi untuk meraih keberhasilan yang lebih baik. Hampir setengah tahun ber-experience di American Express Bank, Khairul Fajri kembali mendapatkan pekerjaan lain sebagai Field Underwater Staff di PT Bringin Life Insurance, Jakarta. Melihat kinerjanya yang baik, dan pernah mengikuti Training di Field Underwater PT. Bringin Life Insurance, Jakarta, pada April 2002, akhirnya Khairul diangkat menjadi pegawai tetap di perusahaan asuransi tersebut. Hanya saja, mengingat pria Aceh ini masih dalam program kuliah, beliau mendapatkan sedikit keringanan untuk membagi waktu kerjanya dengan waktu dengan kuliahnya. Kuliah sambil bekerja membuatnya banyak mempelajari berbagai hal dari orang-orang sekitar yang pernah ia jumpai.
Di tahun 2005, pria yang berdarah arab ini bertemu dengan salah satu klien di tempatnya bekerja. Melihat performance pemuda ini yang cukup tampan dan menarik, sang klien menasehatkan beliau untuk mencoba menceburkan diri dalam dunia entertainment. Bermodalkan wajah yang cukup tampan serta kepintarannya dalam berakting, ia mencoba untuk ikut casting sebagai model iklan. Casting pertama yang ia ikuti adalah casting untuk iklan salah satu product unilever. Namun, karena itu adalah casting pertamanya, hal ini membuatnya gerogia berada di depan kamera. Akhirnya kegerogian itu membuat ia harus gugur dalam casting tersebut. Tetapi, setelah itu, pria ini akhirnya kenal dengan beberapa agency periklanan, dan setelah melalui beberapa kali casting untuk iklan baik itu untuk iklan televisi maupun untuk print ad, akhirnya ia mendapatkan beberapa tawaran untuk menjadi model dibeberapa iklan yang ditayangkan di televisi maupun yang dibuat dalam bentuk print ad. Di tahun 2005 itu sendiri, ia mendapatkan 3 iklan untuk ia perankan. Iklannya yang pertama ialah iklan “Hairmist”, iklan ini berbentuk print ad dan juga berupa billboard yang di pajang di setiap jalan ibukota, baik itu kota-kota besar di Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia. Yang kedua adalah iklan “Naturade Gold” yang tayangannya selalu ditampilkan di layar kaca televisi swasta yang ditonton oleh jutaan penduduk di seluruh Indonesia. Dan iklannya yang ketiga adalah iklan untuk hair style yang diprakarsai oleh Mance Salon di Jakarta. Mengingat ia mencari rezeki untuk membatu kuliahnya sendiri, dan juga tidak ingin sampai kuliahnya harus tergadaikan dengan kegiatan entertainment, ia akhirnya memanage waktunya dengan segala kegiatan entertainment yang ia peroleh.
Memasuki tahun 2006, pria yang berdomisili di Jalan Setiabudi, Jakarta ini lagi-lagi menerima tawaran iklan. Iklan yang berikutnya berupa iklan print ad untuk “Gloss Fashion Photography”, sebuah studio yang memiliki tema yang lebih cenderung kepada fashion modern dan juga wedding. Berikutnya ia juga menerima tawaran untuk menjadi salah satu model di Fashion Show Ronald VG (RVG), Jakarta.
Sebaik saja Khairul menamatkan kuliahnya pada Desember 2006, selanjutnya memasuki tahun 2007, dia semakin sering menggeluti dunia entertainment. Ia pun menerima sederetan tawaran iklan, bahkan sampai tawaran untuk bermain di Film Layar Lepas. Sejumlah tawaran iklan yang ia terima antara lain model untuk print ad pada billboard Insurance JSP, dan juga sebagai model untuk print ad Heineken. Selain menerima tawaran sebagai model print ad, pria ini juga menerima beberapa tawaran iklan untuk Televisi Commercial, seperti saja iklan Honda Mega-Pro dan juga iklan Bank BNI yang kedua-duanya ditayangkan di seluruh televisi swasta yang ditonton oleh seluruh masyarakat di Indonesia. Selanjutnya, Khairul Fajri juga menerima tawaran untuk bermain di Film Layar Lepas yang berjudul “Mpok Gue Preman” yang di produksi oleh Maxima Production House. Film yang ia bintangi bersama Sarah Azhari itu merupakan tawaran terakhir yang Khairul terima sebelum ia akhirnya memutuskan untuk berangkat haji bersama sang ibunda tercinta.
Dengan motivasi dari sang ibunda yang ingin berangkat ke tanah suci bersama-sama dengannya, Khairul akhirnya terus bersemangat, berusaha keras dan selalu berupaya untuk mengumpulkan uang demi cita-cita mulia sang ibunda tercinta. Namun sayang, impian untuk berangkat ke tanah suci bersama sang ibunda harus pupus karena sang ibunda, Hj. Cut Syarifah Ummi Kalsyum (almarhumah) lebih dulu menghadap Ilahi lima hari sebelum hari Ulang Tahun Khairul Fajri, tepatnya pada 15 Oktober 2007. Kesedihan ia alami begitu dalam. Seorang wanita yang paling dekat dengannya, dan yang paling ia cintai, harus lebih dahulu menghadap Allah sebelum sempat menginjakkan kakinya di depan ka’bah. Dengan sangat sedih, Khairul akhirnya berangkat ke tanah suci Mekkah seorang diri untuk menunaikan ibadah rukun Islam yang ke lima itu.
Sepulangnya dari tanah suci, pria yang kini sudah bergelar Haji Khairul Fajri, S.EI tersebut berfikiran untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 di Malaysia. Beberapa waktu di Jakarta, dan kemudian ia kembali lagi ke kampung halamannya di Aceh untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk kembali melakukan hijrah ke negeri jiran, Malaysia. Beliau memasukkan permohonan belajar S2 nya di sebuah universitas yang bertaraf internasional yang berada di kawasan Selangor Darul Ehsan. International Islamic University Malaysia, menjadi pilihannya untuk melanjutkan pendidikannya dan kembali menimba ilmu untuk masa depannya yang lebih baik. Dengan mengambil jurusan Master of Economics di universitas berasitektur timur tengah itu, ia berharap agar kelak bisa memperoleh sebuah pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Setelah pulang dari haji ini pula, Khairul belum mau menerima apapun tawaran iklan, film, maupun model lagi. Ia lebih memfokuskan pikirannya pada kuliah yang ia jalani sekarang. Namun, hal ini juga tidak menutup kemungkinan untuknya kembali pada dunia entertainment jika seandainya pada masa senggang di waktu libur kuliah ia mendapatkan tawaran untuk iklan, model, ataupun film lagi.
Beliau adalah anak dari pasangan Bapak (Alm.) Haji Muhammad Bin Harun dan Ibu (Almh) Hajjah Cut Syarifah Ummi Kalsyum. Sang Ayah dulunya merupakan seorang wiraswasta yang memiliki sebuah toko yang bernama Toko INDACO Furniture, sedangkan sang ibunda tercinta, Ibu (Almarhumah) Hj. Cut Syarifah Ummi Kalsyum, beliau adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa yang mengemban tugasnya bertahun-tahun dalam mendidik generasi-generasi penerus bangsa dan menjadikan mereka seorang yang sukses, dan berkat jerih payah dan kegigihan beliau di dunia pendidikan inilah, membuat mereka yang telah mengecap indahnya kesuksesan, selalu mengenang nama beliau. Ibu dari 6 anak ini pernah menjadi guru di Sekolah Dasar Negeri Seneubok Aceh, sebelum akhirnya beliau diangkat menjadi kepala sekolah di Sekolah Dasar Negeri Seneubok Baroh, dan setelah itu, beliau dipindah tugaskan lagi menjadi Kepala Sekolah Dasar dikampoeng Keude. Ketiga sekolah ini terletak di tempat kelahiran pria yang biasa di sapa Dek Rol tersebut.
Khairul, anak bungsu dari 6 bersaudara ini memiliki 4 saudara perempuan dan satu saudara laki-laki. Hidup di lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang, terlebih lagi menjadi anak yang sangat disayangi oleh ibunda tercinta membuat pria berwajah tampan ini termotivasi untuk terus memberikan yang terbaik untuk keluarga tercinta, khususnya untuk ibundanya yang tersayang. Ditahun 1988, disaat usianya menginjak 7 tahun, ia memulai pendidikannya di sebuah sekolah dasar yang berada Seunebok Aceh di mana sang ibunda tercinta juga mengajar di sekolah tersebut. Selama lebih kurang 5 tahun ia menghabiskan masa belajarnya di SD yang berada di Seunebok Aceh ini. Namun kemudian saat sang ibu diangkat menjadi kepala sekolah di sebuah sekolah dasar yang berada di Seunebok Baroh, Khairul Fajri pun mengikuti sang ibu pindah ke sekolah tersebut dan melanjutkan pendidikan hingga ia menamatkan masa sekolah dasarnya.
Setelah menamatkan pendidikanya di sekolah dasar pada tahun 1994, “Dek Rol”, seperti biasa ia disapa, melanjutkan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah Negeri. Idi Rayeuk selama 3 tahun. Tergolong sebagai anak yang aktif, Khairul Fajri mencoba terjun ke berbagai kegiatan di sekolahnya. Pria ini pernah menjabat sebagai ketua OSIS selama 2 tahun berturut-turut. Ia juga seorang yang aktif dalam mengikuti kegiatan pramuka sehingga membawanya untuk berekspresi dan mencetak sebuah prestasi lagi dengan mengikuti Jambore se-Aceh. Namun kesibukan berorganisasi tak menghalanginya untuk terus belajar, sebagai wujud nyata dari sikap gigih tersebut, ia pernah menjuarai lomba pidato di sekolahnya dan meraih peringkat ke-2 untuk perlombaan tersebut. Ia juga merupakan seorang siswa yang cukup pintar hingga berturut-turut meraih peringkat ke 2 selama mengecam ilmu di bangku MTsN, Idi Rayeuk.
Di tahun 1997, pria yang memiliki hobby travelling ini melanjutkan sekolahnya di Langsa, tepatnya di pusat Kotamadya Langsa. Inilah pertama kalinya ia berhijrah dari keluarganya yang berada di Idi Cut, Kabupaten Aceh Timur. Sejak masuk ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 02. Langsa mulai tahun 1997 hingga tahun 2000, pria ini memutuskan untuk tinggal bersama pamannya yang bernama Samsuar Amin, yang juga sering di sapa dengan nama Cek Weed. Beliau adalah seorang Kapolsek Julok, Aceh Timur. Sebagai seorang kepala keluarga, beliau sangat menerapkan kedisiplinan kepada seluruh anggota keluarganya. Hal ini membuat pria yang bernama Khairul Fajri atau yang kerap di sebut dengan nama Dek Rol ini belajar menjadi seorang yang lebih dewasa dalam memaknai hidupnya.
Sejak mengecam pendidikan di bangku SMK inilah, Khairul Fajri lebih banyak menghabiskan waktu senggangnya dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat kerohanian. Ia pernah menjadi ketua remaja mesjid Nurul Iman Tualang Tengah, dan juga menjadi koordinator TPA Mesjid Nurul Iman Tualang Tengah. Di samping menghabiskan waktu senggangnya di Mesjid Nurul Iman Tualang Tengah, pria yang saat itu berstatus sebagai siswa di SMK Negeri 02 Langsa ini kerap kali membantu guru di laboratorium sekolahnya setiap kali usai waktu sekolah. Bapak Jamiluddin, ST., seperti itulah ia dikenal, seorang guru di tempat Khairul Fajri menimba ilmu di SMK nya inilah yang sering meminta bantuan Khairul di laboratorium. Beliau merupakan guru yang sangat baik hati dan selalu membantu Khairul dalam segala kesulitan. Dari beliaulah Khairul Fajri mendapat satu lagi pengalaman hidup yang begitu berharga. Pria paruh baya itu pernah berkata kepadanya, “Rul, jika kita ingin sukses, kita harus memulai segala sesuatunya dari hal-hal yang paling dasar, dengan jerih payah, tekad, dan semangat yang kuat, kesuksesan akan lebih mudah untuk kita raih.” Ibarat kata pepatah, Berakit-rakit dahulu berenang-renang kemudian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Tidak ada hal yang tidak mungkin yang dapat kita capai di dunia ini. Inilah yang membuat pria yang memiliki hobby berenang ini lebih gigih lagi dalam segala hal yang dia hadapi. Nyatanya, selain menjadi remaja mesjid yang aktif, ia juga seorang siswa yang cukup berkopetensi dalam hal pendidikan. Ia pernah menjuarai Kompetisi Keterampilan Kejuruan untuk Sekolah Menengah Kejuruan se-Aceh yang kemudian meraih peringkat ke-2.
Setelah lulus sekolah menengah, saat itu pula kondisi Aceh dalam keadaan tidak aman Kerusuhan yang terjadi antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Tentara NKRI, membuat negeri Serambi Mekkah itu menjadi Daerah Operasi Militer (DOM). Disaat getir-getirnya perpecahan dan kerusuhan inilah Khairul Fajri akhirnya memutuskan untuk berhijrah ke Jakarta. Dengan bermodalkan keberanian dan tawakkal pada Yang Maha Kuasa, pria berdarah Arab ini melanjutkan perjuangan hidupnya di Ibukota Negara Republik Indonesia tersebut.
Dua tahun di Jakarta, ia tidak langsung melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah. Sebulan pertama kedatangannya di kota metropolitan itu, ia tinggal bersama salah satu kakak sepupunya yang saat itu berdomisili di Jakarta. Namun, pada bulan berikutnya, ia memberanikan diri untuk hidup mandiri jauh dari keluarga. Pria ini kemudian pindah ke sebuah asrama mahasiswa yang bernama Asrama Mahasiswa FOBA. Hanya saja, walaupun telah tinggal di asrama mahasiswa, pria yang juga mempunyai hobby membaca ini masih juga belum melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah. Kesehariannya ia habiskan dengan beraktifitas di mesjid dan juga mengikuti beberapa program pendidikan non-formal. Agustus 2000, Khairul Fajri memberanikan diri untuk mengikuti program kursus computer dalam bidang Program Auto CAD di VISI, Jakarta. Kemudian dilanjutkan pada bulan Oktober 2000, mengingat getirnya persaingan dunia internasional, sehingga pria yang berkulit sawo matang ini menguatkan tekad untuk kursus berbahasa Inggris di LIA, Jakarta. Walau memulai dari level basic dan kemudian menuju ke level general, namun hal itu tak mengecilkan semangatnya untuk terus berusaha dan menuntut ilmu. Sehari-hari Khairul menghabiskan waktu kosongnya di mushalla yang terdekat dengan asrama tempat ia tinggal. Disebabkan oleh kebiasaanya menghabiskan waktu senggangnya di mushalla inilah, akhirnya Allah mempertemukannya dengan seorang ustadz yang bernama Ustadz Fauzi Sholeh, S.Ag, M.Ag. Beliau lah yang akhirnya memberikan ide usaha yang membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Bersama Ustadz Fauzi, Khairul Fajri akhirnya mendirikan sebuah rental computer yang berkawasan di Ciputat, Jakarta. Rental komputernya ini berdiri tepat di samping sebuah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, dan mereka namakan rental computer ini dengan nama Rental Komputer Syukur Com.
Kesehariannya yang diwarnai oleh beraneka ragam kehidupan kampus yang kebetulan berada di samping rental computer yang ia dirikan bersama Ustadz Fauzi, membuatnya termotivasi untuk kembali melanjutkan pendidikannya di universitas tersebut. Namun mengingat ia berasal dari sebuah sekolah kejuruan yang berbasis teknik, sehingga ia merasa tidak cukup banyak memiliki pengetahuan dalam bidang agama. Waktu demi waktu ia lewati dengan bekerja di rental computer yang ia dirikan bersama ustadz Fauzi. Setiap harinya selalu ada tempahan pengetikan makalah maupun tugas-tugas kuliah dari mahasiswa setempat. Dari pekerjaan mengetik makalah dan tugas-tugas mahasiswa itulah Khairul Fajri akhirnya dapat mempelajari apa yang dipelajari mahasiswa-mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah itu. Semakin lama ia belajar, ia semaki termotivasi untuk melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah lagi. Dengan tekadnya yang kuat, ia memberanikan diri untuk ikut Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri di UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta, dan akhirnya ia lulus masuk ke universitas tersebut.
Di tahun 2002 inilah ia memulai kembali pendidikannya di bangku kuliah. Selama satu semester pertama, pria yang memiliki tinggi 175 cm ini masih melanjutkan usahanya di Rental Komputer Syukur Com yang telah ia dirikan bersama Ustadz Fauzi tersebut. Namun, setelah beberapa semester berikutnya, berkat pengalamannya dalam beberapa pendidikan non formal yang pernah ia ikuti, ia memberanikan diri untuk mencari pengalaman kerja di dunia marketing.
Dengan modal pengetahuan yang ia dapatkan dari Seminar Sehari “Strategy to Apply for Job” di Sahid Jaya Hotel, Jakarta, pada 30 Juli 2000, ia mencoba mencari pekerjaan dalam bidang marketing. Dengan kegigihannya, akhirnya di tahun 2003, ia memperoleh pekerjaan sebagai Sales Executive di Iconplus, Jakarta. Sebuah perusahaan provider internet ini membawa Khairul untuk lebih cergas dalam bertindak, karena product yang berkualitas tinggi dengan kecepatan jaringan internetnya ini, membuat product bermutu ini selalunya dibeli oleh perusahaan-perusahaan besar yang ada di Jakarta.
Tekad, semangat, dan kegigihannya dalam berusaha mencari rezeki untuk terus bertahan hidup dan melanjutkan kuliahnya, membuat Khairul Fajri tak pernah lelah dalam mencari pekerjaan yang kian lama kian membaik. Di tahun yang sama, tahun 2003, ia juga pernah bekerja sebagai Sales Executive di PT. Ing Aetna, Jakarta, sebuah perusahaan yang menawarkan insurance kepada masyarakat. Disini Khairul Fajri mendapat pengalaman yang cukup berharga, karena tidak banyak masyarakat yang mau mengasuransikan diri mereka, sehingga memacunya untuk terus berusaha lebih keras lagi. Walau berkali-kali tawarannya di tolak orang, namun ia tak pantang mundur. Akhirnya ia mendapatkan banyak klien yang berdarah cina, mereka yang berfikiran jauh lebih kepada masa akan datang, dengan senang hati menerima tawaran-tawaran asuransi yang diberikan oleh pemuda bertubuh semampai ini.
Selanjutnya, setelah beberapa bulan bekerja di PT. Ing Aetna, memasuki tahun 2004, pria ini kembali mencari sebuah pekerjaan lain yang juga masih berkisar dunia marketing. Khairul akhirnya mendapatkan pekerjaan di American Express Bank, Jakarta. di tempat kerjanya yang baru ini, ia mendapatkan posisi yang cukup baik. Dengan modal pendidikan non-formal yang ia dapatkan pada workshop “Table Manager” di President Hotel, Jakarta pada 30 Mai 2000, dan juga Traning Kepemimpinan (TIMPAN) di PP. IMAPA, Jakarta, pada 2001, serta Seminar Sehari “ Lapangan Kerja” di UIN Syahid, Jakarta pada 1 Juni 2002, membuat pria berdarah arab ini memiliki kredibilitas untuk menjadi seorang coordinator pemasaran credit card American Express. Sebagai coordinator pemasaran kartu kredit yang menggunakan currency dollar ini, Khairul termotivasi untuk lebih berusaha keras lagi untuk meraih keberhasilan yang lebih baik. Hampir setengah tahun ber-experience di American Express Bank, Khairul Fajri kembali mendapatkan pekerjaan lain sebagai Field Underwater Staff di PT Bringin Life Insurance, Jakarta. Melihat kinerjanya yang baik, dan pernah mengikuti Training di Field Underwater PT. Bringin Life Insurance, Jakarta, pada April 2002, akhirnya Khairul diangkat menjadi pegawai tetap di perusahaan asuransi tersebut. Hanya saja, mengingat pria Aceh ini masih dalam program kuliah, beliau mendapatkan sedikit keringanan untuk membagi waktu kerjanya dengan waktu dengan kuliahnya. Kuliah sambil bekerja membuatnya banyak mempelajari berbagai hal dari orang-orang sekitar yang pernah ia jumpai.
Di tahun 2005, pria yang berdarah arab ini bertemu dengan salah satu klien di tempatnya bekerja. Melihat performance pemuda ini yang cukup tampan dan menarik, sang klien menasehatkan beliau untuk mencoba menceburkan diri dalam dunia entertainment. Bermodalkan wajah yang cukup tampan serta kepintarannya dalam berakting, ia mencoba untuk ikut casting sebagai model iklan. Casting pertama yang ia ikuti adalah casting untuk iklan salah satu product unilever. Namun, karena itu adalah casting pertamanya, hal ini membuatnya gerogia berada di depan kamera. Akhirnya kegerogian itu membuat ia harus gugur dalam casting tersebut. Tetapi, setelah itu, pria ini akhirnya kenal dengan beberapa agency periklanan, dan setelah melalui beberapa kali casting untuk iklan baik itu untuk iklan televisi maupun untuk print ad, akhirnya ia mendapatkan beberapa tawaran untuk menjadi model dibeberapa iklan yang ditayangkan di televisi maupun yang dibuat dalam bentuk print ad. Di tahun 2005 itu sendiri, ia mendapatkan 3 iklan untuk ia perankan. Iklannya yang pertama ialah iklan “Hairmist”, iklan ini berbentuk print ad dan juga berupa billboard yang di pajang di setiap jalan ibukota, baik itu kota-kota besar di Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia. Yang kedua adalah iklan “Naturade Gold” yang tayangannya selalu ditampilkan di layar kaca televisi swasta yang ditonton oleh jutaan penduduk di seluruh Indonesia. Dan iklannya yang ketiga adalah iklan untuk hair style yang diprakarsai oleh Mance Salon di Jakarta. Mengingat ia mencari rezeki untuk membatu kuliahnya sendiri, dan juga tidak ingin sampai kuliahnya harus tergadaikan dengan kegiatan entertainment, ia akhirnya memanage waktunya dengan segala kegiatan entertainment yang ia peroleh.
Memasuki tahun 2006, pria yang berdomisili di Jalan Setiabudi, Jakarta ini lagi-lagi menerima tawaran iklan. Iklan yang berikutnya berupa iklan print ad untuk “Gloss Fashion Photography”, sebuah studio yang memiliki tema yang lebih cenderung kepada fashion modern dan juga wedding. Berikutnya ia juga menerima tawaran untuk menjadi salah satu model di Fashion Show Ronald VG (RVG), Jakarta.
Sebaik saja Khairul menamatkan kuliahnya pada Desember 2006, selanjutnya memasuki tahun 2007, dia semakin sering menggeluti dunia entertainment. Ia pun menerima sederetan tawaran iklan, bahkan sampai tawaran untuk bermain di Film Layar Lepas. Sejumlah tawaran iklan yang ia terima antara lain model untuk print ad pada billboard Insurance JSP, dan juga sebagai model untuk print ad Heineken. Selain menerima tawaran sebagai model print ad, pria ini juga menerima beberapa tawaran iklan untuk Televisi Commercial, seperti saja iklan Honda Mega-Pro dan juga iklan Bank BNI yang kedua-duanya ditayangkan di seluruh televisi swasta yang ditonton oleh seluruh masyarakat di Indonesia. Selanjutnya, Khairul Fajri juga menerima tawaran untuk bermain di Film Layar Lepas yang berjudul “Mpok Gue Preman” yang di produksi oleh Maxima Production House. Film yang ia bintangi bersama Sarah Azhari itu merupakan tawaran terakhir yang Khairul terima sebelum ia akhirnya memutuskan untuk berangkat haji bersama sang ibunda tercinta.
Dengan motivasi dari sang ibunda yang ingin berangkat ke tanah suci bersama-sama dengannya, Khairul akhirnya terus bersemangat, berusaha keras dan selalu berupaya untuk mengumpulkan uang demi cita-cita mulia sang ibunda tercinta. Namun sayang, impian untuk berangkat ke tanah suci bersama sang ibunda harus pupus karena sang ibunda, Hj. Cut Syarifah Ummi Kalsyum (almarhumah) lebih dulu menghadap Ilahi lima hari sebelum hari Ulang Tahun Khairul Fajri, tepatnya pada 15 Oktober 2007. Kesedihan ia alami begitu dalam. Seorang wanita yang paling dekat dengannya, dan yang paling ia cintai, harus lebih dahulu menghadap Allah sebelum sempat menginjakkan kakinya di depan ka’bah. Dengan sangat sedih, Khairul akhirnya berangkat ke tanah suci Mekkah seorang diri untuk menunaikan ibadah rukun Islam yang ke lima itu.
Sepulangnya dari tanah suci, pria yang kini sudah bergelar Haji Khairul Fajri, S.EI tersebut berfikiran untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 di Malaysia. Beberapa waktu di Jakarta, dan kemudian ia kembali lagi ke kampung halamannya di Aceh untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk kembali melakukan hijrah ke negeri jiran, Malaysia. Beliau memasukkan permohonan belajar S2 nya di sebuah universitas yang bertaraf internasional yang berada di kawasan Selangor Darul Ehsan. International Islamic University Malaysia, menjadi pilihannya untuk melanjutkan pendidikannya dan kembali menimba ilmu untuk masa depannya yang lebih baik. Dengan mengambil jurusan Master of Economics di universitas berasitektur timur tengah itu, ia berharap agar kelak bisa memperoleh sebuah pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Setelah pulang dari haji ini pula, Khairul belum mau menerima apapun tawaran iklan, film, maupun model lagi. Ia lebih memfokuskan pikirannya pada kuliah yang ia jalani sekarang. Namun, hal ini juga tidak menutup kemungkinan untuknya kembali pada dunia entertainment jika seandainya pada masa senggang di waktu libur kuliah ia mendapatkan tawaran untuk iklan, model, ataupun film lagi.
“Dek Rol”, begitulah pria ini disapa sehari-hari dalam keluarganya. Anak bungsu dari 6 bersaudara ini memiliki nama lengkap Khairul Fajri. Pria yang berdarah Aceh-Arab ini lahir di sebuah kampung kecil bernama Idi Cut yang terletak di bagian Kabupaten Aceh Timur, Nanggroe Aceh Darussalam, pada 27 tahun silam, tepatnya pada 20 Oktober 1981.
Beliau adalah anak dari pasangan Bapak (Alm.) Haji Muhammad Bin Harun dan Ibu (Almh) Hajjah Cut Syarifah Ummi Kalsyum. Sang Ayah dulunya merupakan seorang wiraswasta yang memiliki sebuah toko yang bernama Toko INDACO Furniture, sedangkan sang ibunda tercinta, Ibu (Almarhumah) Hj. Cut Syarifah Ummi Kalsyum, beliau adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa yang mengemban tugasnya bertahun-tahun dalam mendidik generasi-generasi penerus bangsa dan menjadikan mereka seorang yang sukses, dan berkat jerih payah dan kegigihan beliau di dunia pendidikan inilah, membuat mereka yang telah mengecap indahnya kesuksesan, selalu mengenang nama beliau. Ibu dari 6 anak ini pernah menjadi guru di Sekolah Dasar Negeri Seneubok Aceh, sebelum akhirnya beliau diangkat menjadi kepala sekolah di Sekolah Dasar Negeri Seneubok Baroh, dan setelah itu, beliau dipindah tugaskan lagi menjadi Kepala Sekolah Dasar dikampoeng Keude. Ketiga sekolah ini terletak di tempat kelahiran pria yang biasa di sapa Dek Rol tersebut.
Khairul, anak bungsu dari 6 bersaudara ini memiliki 4 saudara perempuan dan satu saudara laki-laki. Hidup di lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang, terlebih lagi menjadi anak yang sangat disayangi oleh ibunda tercinta membuat pria berwajah tampan ini termotivasi untuk terus memberikan yang terbaik untuk keluarga tercinta, khususnya untuk ibundanya yang tersayang. Ditahun 1988, disaat usianya menginjak 7 tahun, ia memulai pendidikannya di sebuah sekolah dasar yang berada Seunebok Aceh di mana sang ibunda tercinta juga mengajar di sekolah tersebut. Selama lebih kurang 5 tahun ia menghabiskan masa belajarnya di SD yang berada di Seunebok Aceh ini. Namun kemudian saat sang ibu diangkat menjadi kepala sekolah di sebuah sekolah dasar yang berada di Seunebok Baroh, Khairul Fajri pun mengikuti sang ibu pindah ke sekolah tersebut dan melanjutkan pendidikan hingga ia menamatkan masa sekolah dasarnya.
Setelah menamatkan pendidikanya di sekolah dasar pada tahun 1994, “Dek Rol”, seperti biasa ia disapa, melanjutkan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah Negeri. Idi Rayeuk selama 3 tahun. Tergolong sebagai anak yang aktif, Khairul Fajri mencoba terjun ke berbagai kegiatan di sekolahnya. Pria ini pernah menjabat sebagai ketua OSIS selama 2 tahun berturut-turut. Ia juga seorang yang aktif dalam mengikuti kegiatan pramuka sehingga membawanya untuk berekspresi dan mencetak sebuah prestasi lagi dengan mengikuti Jambore se-Aceh. Namun kesibukan berorganisasi tak menghalanginya untuk terus belajar, sebagai wujud nyata dari sikap gigih tersebut, ia pernah menjuarai lomba pidato di sekolahnya dan meraih peringkat ke-2 untuk perlombaan tersebut. Ia juga merupakan seorang siswa yang cukup pintar hingga berturut-turut meraih peringkat ke 2 selama mengecam ilmu di bangku MTsN, Idi Rayeuk.
Di tahun 1997, pria yang memiliki hobby travelling ini melanjutkan sekolahnya di Langsa, tepatnya di pusat Kotamadya Langsa. Inilah pertama kalinya ia berhijrah dari keluarganya yang berada di Idi Cut, Kabupaten Aceh Timur. Sejak masuk ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 02. Langsa mulai tahun 1997 hingga tahun 2000, pria ini memutuskan untuk tinggal bersama pamannya yang bernama Samsuar Amin, yang juga sering di sapa dengan nama Cek Weed. Beliau adalah seorang Kapolsek Julok, Aceh Timur. Sebagai seorang kepala keluarga, beliau sangat menerapkan kedisiplinan kepada seluruh anggota keluarganya. Hal ini membuat pria yang bernama Khairul Fajri atau yang kerap di sebut dengan nama Dek Rol ini belajar menjadi seorang yang lebih dewasa dalam memaknai hidupnya.
Sejak mengecam pendidikan di bangku SMK inilah, Khairul Fajri lebih banyak menghabiskan waktu senggangnya dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat kerohanian. Ia pernah menjadi ketua remaja mesjid Nurul Iman Tualang Tengah, dan juga menjadi koordinator TPA Mesjid Nurul Iman Tualang Tengah. Di samping menghabiskan waktu senggangnya di Mesjid Nurul Iman Tualang Tengah, pria yang saat itu berstatus sebagai siswa di SMK Negeri 02 Langsa ini kerap kali membantu guru di laboratorium sekolahnya setiap kali usai waktu sekolah. Bapak Jamiluddin, ST., seperti itulah ia dikenal, seorang guru di tempat Khairul Fajri menimba ilmu di SMK nya inilah yang sering meminta bantuan Khairul di laboratorium. Beliau merupakan guru yang sangat baik hati dan selalu membantu Khairul dalam segala kesulitan. Dari beliaulah Khairul Fajri mendapat satu lagi pengalaman hidup yang begitu berharga. Pria paruh baya itu pernah berkata kepadanya, “Rul, jika kita ingin sukses, kita harus memulai segala sesuatunya dari hal-hal yang paling dasar, dengan jerih payah, tekad, dan semangat yang kuat, kesuksesan akan lebih mudah untuk kita raih.” Ibarat kata pepatah, Berakit-rakit dahulu berenang-renang kemudian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Tidak ada hal yang tidak mungkin yang dapat kita capai di dunia ini. Inilah yang membuat pria yang memiliki hobby berenang ini lebih gigih lagi dalam segala hal yang dia hadapi. Nyatanya, selain menjadi remaja mesjid yang aktif, ia juga seorang siswa yang cukup berkopetensi dalam hal pendidikan. Ia pernah menjuarai Kompetisi Keterampilan Kejuruan untuk Sekolah Menengah Kejuruan se-Aceh yang kemudian meraih peringkat ke-2.
Setelah lulus sekolah menengah, saat itu pula kondisi Aceh dalam keadaan tidak aman Kerusuhan yang terjadi antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Tentara NKRI, membuat negeri Serambi Mekkah itu menjadi Daerah Operasi Militer (DOM). Disaat getir-getirnya perpecahan dan kerusuhan inilah Khairul Fajri akhirnya memutuskan untuk berhijrah ke Jakarta. Dengan bermodalkan keberanian dan tawakkal pada Yang Maha Kuasa, pria berdarah Arab ini melanjutkan perjuangan hidupnya di Ibukota Negara Republik Indonesia tersebut.
Dua tahun di Jakarta, ia tidak langsung melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah. Sebulan pertama kedatangannya di kota metropolitan itu, ia tinggal bersama salah satu kakak sepupunya yang saat itu berdomisili di Jakarta. Namun, pada bulan berikutnya, ia memberanikan diri untuk hidup mandiri jauh dari keluarga. Pria ini kemudian pindah ke sebuah asrama mahasiswa yang bernama Asrama Mahasiswa FOBA. Hanya saja, walaupun telah tinggal di asrama mahasiswa, pria yang juga mempunyai hobby membaca ini masih juga belum melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah. Kesehariannya ia habiskan dengan beraktifitas di mesjid dan juga mengikuti beberapa program pendidikan non-formal. Agustus 2000, Khairul Fajri memberanikan diri untuk mengikuti program kursus computer dalam bidang Program Auto CAD di VISI, Jakarta. Kemudian dilanjutkan pada bulan Oktober 2000, mengingat getirnya persaingan dunia internasional, sehingga pria yang berkulit sawo matang ini menguatkan tekad untuk kursus berbahasa Inggris di LIA, Jakarta. Walau memulai dari level basic dan kemudian menuju ke level general, namun hal itu tak mengecilkan semangatnya untuk terus berusaha dan menuntut ilmu. Sehari-hari Khairul menghabiskan waktu kosongnya di mushalla yang terdekat dengan asrama tempat ia tinggal. Disebabkan oleh kebiasaanya menghabiskan waktu senggangnya di mushalla inilah, akhirnya Allah mempertemukannya dengan seorang ustadz yang bernama Ustadz Fauzi Sholeh, S.Ag, M.Ag. Beliau lah yang akhirnya memberikan ide usaha yang membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Bersama Ustadz Fauzi, Khairul Fajri akhirnya mendirikan sebuah rental computer yang berkawasan di Ciputat, Jakarta. Rental komputernya ini berdiri tepat di samping sebuah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, dan mereka namakan rental computer ini dengan nama Rental Komputer Syukur Com.
Kesehariannya yang diwarnai oleh beraneka ragam kehidupan kampus yang kebetulan berada di samping rental computer yang ia dirikan bersama Ustadz Fauzi, membuatnya termotivasi untuk kembali melanjutkan pendidikannya di universitas tersebut. Namun mengingat ia berasal dari sebuah sekolah kejuruan yang berbasis teknik, sehingga ia merasa tidak cukup banyak memiliki pengetahuan dalam bidang agama. Waktu demi waktu ia lewati dengan bekerja di rental computer yang ia dirikan bersama ustadz Fauzi. Setiap harinya selalu ada tempahan pengetikan makalah maupun tugas-tugas kuliah dari mahasiswa setempat. Dari pekerjaan mengetik makalah dan tugas-tugas mahasiswa itulah Khairul Fajri akhirnya dapat mempelajari apa yang dipelajari mahasiswa-mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah itu. Semakin lama ia belajar, ia semaki termotivasi untuk melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah lagi. Dengan tekadnya yang kuat, ia memberanikan diri untuk ikut Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri di UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta, dan akhirnya ia lulus masuk ke universitas tersebut.
Di tahun 2002 inilah ia memulai kembali pendidikannya di bangku kuliah. Selama satu semester pertama, pria yang memiliki tinggi 175 cm ini masih melanjutkan usahanya di Rental Komputer Syukur Com yang telah ia dirikan bersama Ustadz Fauzi tersebut. Namun, setelah beberapa semester berikutnya, berkat pengalamannya dalam beberapa pendidikan non formal yang pernah ia ikuti, ia memberanikan diri untuk mencari pengalaman kerja di dunia marketing.
Dengan modal pengetahuan yang ia dapatkan dari Seminar Sehari “Strategy to Apply for Job” di Sahid Jaya Hotel, Jakarta, pada 30 Juli 2000, ia mencoba mencari pekerjaan dalam bidang marketing. Dengan kegigihannya, akhirnya di tahun 2003, ia memperoleh pekerjaan sebagai Sales Executive di Iconplus, Jakarta. Sebuah perusahaan provider internet ini membawa Khairul untuk lebih cergas dalam bertindak, karena product yang berkualitas tinggi dengan kecepatan jaringan internetnya ini, membuat product bermutu ini selalunya dibeli oleh perusahaan-perusahaan besar yang ada di Jakarta.
Tekad, semangat, dan kegigihannya dalam berusaha mencari rezeki untuk terus bertahan hidup dan melanjutkan kuliahnya, membuat Khairul Fajri tak pernah lelah dalam mencari pekerjaan yang kian lama kian membaik. Di tahun yang sama, tahun 2003, ia juga pernah bekerja sebagai Sales Executive di PT. Ing Aetna, Jakarta, sebuah perusahaan yang menawarkan insurance kepada masyarakat. Disini Khairul Fajri mendapat pengalaman yang cukup berharga, karena tidak banyak masyarakat yang mau mengasuransikan diri mereka, sehingga memacunya untuk terus berusaha lebih keras lagi. Walau berkali-kali tawarannya di tolak orang, namun ia tak pantang mundur. Akhirnya ia mendapatkan banyak klien yang berdarah cina, mereka yang berfikiran jauh lebih kepada masa akan datang, dengan senang hati menerima tawaran-tawaran asuransi yang diberikan oleh pemuda bertubuh semampai ini.
Selanjutnya, setelah beberapa bulan bekerja di PT. Ing Aetna, memasuki tahun 2004, pria ini kembali mencari sebuah pekerjaan lain yang juga masih berkisar dunia marketing. Khairul akhirnya mendapatkan pekerjaan di American Express Bank, Jakarta. di tempat kerjanya yang baru ini, ia mendapatkan posisi yang cukup baik. Dengan modal pendidikan non-formal yang ia dapatkan pada workshop “Table Manager” di President Hotel, Jakarta pada 30 Mai 2000, dan juga Traning Kepemimpinan (TIMPAN) di PP. IMAPA, Jakarta, pada 2001, serta Seminar Sehari “ Lapangan Kerja” di UIN Syahid, Jakarta pada 1 Juni 2002, membuat pria berdarah arab ini memiliki kredibilitas untuk menjadi seorang coordinator pemasaran credit card American Express. Sebagai coordinator pemasaran kartu kredit yang menggunakan currency dollar ini, Khairul termotivasi untuk lebih berusaha keras lagi untuk meraih keberhasilan yang lebih baik. Hampir setengah tahun ber-experience di American Express Bank, Khairul Fajri kembali mendapatkan pekerjaan lain sebagai Field Underwater Staff di PT Bringin Life Insurance, Jakarta. Melihat kinerjanya yang baik, dan pernah mengikuti Training di Field Underwater PT. Bringin Life Insurance, Jakarta, pada April 2002, akhirnya Khairul diangkat menjadi pegawai tetap di perusahaan asuransi tersebut. Hanya saja, mengingat pria Aceh ini masih dalam program kuliah, beliau mendapatkan sedikit keringanan untuk membagi waktu kerjanya dengan waktu dengan kuliahnya. Kuliah sambil bekerja membuatnya banyak mempelajari berbagai hal dari orang-orang sekitar yang pernah ia jumpai.
Di tahun 2005, pria yang berdarah arab ini bertemu dengan salah satu klien di tempatnya bekerja. Melihat performance pemuda ini yang cukup tampan dan menarik, sang klien menasehatkan beliau untuk mencoba menceburkan diri dalam dunia entertainment. Bermodalkan wajah yang cukup tampan serta kepintarannya dalam berakting, ia mencoba untuk ikut casting sebagai model iklan. Casting pertama yang ia ikuti adalah casting untuk iklan salah satu product unilever. Namun, karena itu adalah casting pertamanya, hal ini membuatnya gerogia berada di depan kamera. Akhirnya kegerogian itu membuat ia harus gugur dalam casting tersebut. Tetapi, setelah itu, pria ini akhirnya kenal dengan beberapa agency periklanan, dan setelah melalui beberapa kali casting untuk iklan baik itu untuk iklan televisi maupun untuk print ad, akhirnya ia mendapatkan beberapa tawaran untuk menjadi model dibeberapa iklan yang ditayangkan di televisi maupun yang dibuat dalam bentuk print ad. Di tahun 2005 itu sendiri, ia mendapatkan 3 iklan untuk ia perankan. Iklannya yang pertama ialah iklan “Hairmist”, iklan ini berbentuk print ad dan juga berupa billboard yang di pajang di setiap jalan ibukota, baik itu kota-kota besar di Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia. Yang kedua adalah iklan “Naturade Gold” yang tayangannya selalu ditampilkan di layar kaca televisi swasta yang ditonton oleh jutaan penduduk di seluruh Indonesia. Dan iklannya yang ketiga adalah iklan untuk hair style yang diprakarsai oleh Mance Salon di Jakarta. Mengingat ia mencari rezeki untuk membatu kuliahnya sendiri, dan juga tidak ingin sampai kuliahnya harus tergadaikan dengan kegiatan entertainment, ia akhirnya memanage waktunya dengan segala kegiatan entertainment yang ia peroleh.
Memasuki tahun 2006, pria yang berdomisili di Jalan Setiabudi, Jakarta ini lagi-lagi menerima tawaran iklan. Iklan yang berikutnya berupa iklan print ad untuk “Gloss Fashion Photography”, sebuah studio yang memiliki tema yang lebih cenderung kepada fashion modern dan juga wedding. Berikutnya ia juga menerima tawaran untuk menjadi salah satu model di Fashion Show Ronald VG (RVG), Jakarta.
Sebaik saja Khairul menamatkan kuliahnya pada Desember 2006, selanjutnya memasuki tahun 2007, dia semakin sering menggeluti dunia entertainment. Ia pun menerima sederetan tawaran iklan, bahkan sampai tawaran untuk bermain di Film Layar Lepas. Sejumlah tawaran iklan yang ia terima antara lain model untuk print ad pada billboard Insurance JSP, dan juga sebagai model untuk print ad Heineken. Selain menerima tawaran sebagai model print ad, pria ini juga menerima beberapa tawaran iklan untuk Televisi Commercial, seperti saja iklan Honda Mega-Pro dan juga iklan Bank BNI yang kedua-duanya ditayangkan di seluruh televisi swasta yang ditonton oleh seluruh masyarakat di Indonesia. Selanjutnya, Khairul Fajri juga menerima tawaran untuk bermain di Film Layar Lepas yang berjudul “Mpok Gue Preman” yang di produksi oleh Maxima Production House. Film yang ia bintangi bersama Sarah Azhari itu merupakan tawaran terakhir yang Khairul terima sebelum ia akhirnya memutuskan untuk berangkat haji bersama sang ibunda tercinta.
Dengan motivasi dari sang ibunda yang ingin berangkat ke tanah suci bersama-sama dengannya, Khairul akhirnya terus bersemangat, berusaha keras dan selalu berupaya untuk mengumpulkan uang demi cita-cita mulia sang ibunda tercinta. Namun sayang, impian untuk berangkat ke tanah suci bersama sang ibunda harus pupus karena sang ibunda, Hj. Cut Syarifah Ummi Kalsyum (almarhumah) lebih dulu menghadap Ilahi lima hari sebelum hari Ulang Tahun Khairul Fajri, tepatnya pada 15 Oktober 2007. Kesedihan ia alami begitu dalam. Seorang wanita yang paling dekat dengannya, dan yang paling ia cintai, harus lebih dahulu menghadap Allah sebelum sempat menginjakkan kakinya di depan ka’bah. Dengan sangat sedih, Khairul akhirnya berangkat ke tanah suci Mekkah seorang diri untuk menunaikan ibadah rukun Islam yang ke lima itu.
Sepulangnya dari tanah suci, pria yang kini sudah bergelar Haji Khairul Fajri, S.EI tersebut berfikiran untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 di Malaysia. Beberapa waktu di Jakarta, dan kemudian ia kembali lagi ke kampung halamannya di Aceh untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk kembali melakukan hijrah ke negeri jiran, Malaysia. Beliau memasukkan permohonan belajar S2 nya di sebuah universitas yang bertaraf internasional yang berada di kawasan Selangor Darul Ehsan. International Islamic University Malaysia, menjadi pilihannya untuk melanjutkan pendidikannya dan kembali menimba ilmu untuk masa depannya yang lebih baik. Dengan mengambil jurusan Master of Economics di universitas berasitektur timur tengah itu, ia berharap agar kelak bisa memperoleh sebuah pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Setelah pulang dari haji ini pula, Khairul belum mau menerima apapun tawaran iklan, film, maupun model lagi. Ia lebih memfokuskan pikirannya pada kuliah yang ia jalani sekarang. Namun, hal ini juga tidak menutup kemungkinan untuknya kembali pada dunia entertainment jika seandainya pada masa senggang di waktu libur kuliah ia mendapatkan tawaran untuk iklan, model, atau
Beliau adalah anak dari pasangan Bapak (Alm.) Haji Muhammad Bin Harun dan Ibu (Almh) Hajjah Cut Syarifah Ummi Kalsyum. Sang Ayah dulunya merupakan seorang wiraswasta yang memiliki sebuah toko yang bernama Toko INDACO Furniture, sedangkan sang ibunda tercinta, Ibu (Almarhumah) Hj. Cut Syarifah Ummi Kalsyum, beliau adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa yang mengemban tugasnya bertahun-tahun dalam mendidik generasi-generasi penerus bangsa dan menjadikan mereka seorang yang sukses, dan berkat jerih payah dan kegigihan beliau di dunia pendidikan inilah, membuat mereka yang telah mengecap indahnya kesuksesan, selalu mengenang nama beliau. Ibu dari 6 anak ini pernah menjadi guru di Sekolah Dasar Negeri Seneubok Aceh, sebelum akhirnya beliau diangkat menjadi kepala sekolah di Sekolah Dasar Negeri Seneubok Baroh, dan setelah itu, beliau dipindah tugaskan lagi menjadi Kepala Sekolah Dasar dikampoeng Keude. Ketiga sekolah ini terletak di tempat kelahiran pria yang biasa di sapa Dek Rol tersebut.
Khairul, anak bungsu dari 6 bersaudara ini memiliki 4 saudara perempuan dan satu saudara laki-laki. Hidup di lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang, terlebih lagi menjadi anak yang sangat disayangi oleh ibunda tercinta membuat pria berwajah tampan ini termotivasi untuk terus memberikan yang terbaik untuk keluarga tercinta, khususnya untuk ibundanya yang tersayang. Ditahun 1988, disaat usianya menginjak 7 tahun, ia memulai pendidikannya di sebuah sekolah dasar yang berada Seunebok Aceh di mana sang ibunda tercinta juga mengajar di sekolah tersebut. Selama lebih kurang 5 tahun ia menghabiskan masa belajarnya di SD yang berada di Seunebok Aceh ini. Namun kemudian saat sang ibu diangkat menjadi kepala sekolah di sebuah sekolah dasar yang berada di Seunebok Baroh, Khairul Fajri pun mengikuti sang ibu pindah ke sekolah tersebut dan melanjutkan pendidikan hingga ia menamatkan masa sekolah dasarnya.
Setelah menamatkan pendidikanya di sekolah dasar pada tahun 1994, “Dek Rol”, seperti biasa ia disapa, melanjutkan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah Negeri. Idi Rayeuk selama 3 tahun. Tergolong sebagai anak yang aktif, Khairul Fajri mencoba terjun ke berbagai kegiatan di sekolahnya. Pria ini pernah menjabat sebagai ketua OSIS selama 2 tahun berturut-turut. Ia juga seorang yang aktif dalam mengikuti kegiatan pramuka sehingga membawanya untuk berekspresi dan mencetak sebuah prestasi lagi dengan mengikuti Jambore se-Aceh. Namun kesibukan berorganisasi tak menghalanginya untuk terus belajar, sebagai wujud nyata dari sikap gigih tersebut, ia pernah menjuarai lomba pidato di sekolahnya dan meraih peringkat ke-2 untuk perlombaan tersebut. Ia juga merupakan seorang siswa yang cukup pintar hingga berturut-turut meraih peringkat ke 2 selama mengecam ilmu di bangku MTsN, Idi Rayeuk.
Di tahun 1997, pria yang memiliki hobby travelling ini melanjutkan sekolahnya di Langsa, tepatnya di pusat Kotamadya Langsa. Inilah pertama kalinya ia berhijrah dari keluarganya yang berada di Idi Cut, Kabupaten Aceh Timur. Sejak masuk ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 02. Langsa mulai tahun 1997 hingga tahun 2000, pria ini memutuskan untuk tinggal bersama pamannya yang bernama Samsuar Amin, yang juga sering di sapa dengan nama Cek Weed. Beliau adalah seorang Kapolsek Julok, Aceh Timur. Sebagai seorang kepala keluarga, beliau sangat menerapkan kedisiplinan kepada seluruh anggota keluarganya. Hal ini membuat pria yang bernama Khairul Fajri atau yang kerap di sebut dengan nama Dek Rol ini belajar menjadi seorang yang lebih dewasa dalam memaknai hidupnya.
Sejak mengecam pendidikan di bangku SMK inilah, Khairul Fajri lebih banyak menghabiskan waktu senggangnya dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat kerohanian. Ia pernah menjadi ketua remaja mesjid Nurul Iman Tualang Tengah, dan juga menjadi koordinator TPA Mesjid Nurul Iman Tualang Tengah. Di samping menghabiskan waktu senggangnya di Mesjid Nurul Iman Tualang Tengah, pria yang saat itu berstatus sebagai siswa di SMK Negeri 02 Langsa ini kerap kali membantu guru di laboratorium sekolahnya setiap kali usai waktu sekolah. Bapak Jamiluddin, ST., seperti itulah ia dikenal, seorang guru di tempat Khairul Fajri menimba ilmu di SMK nya inilah yang sering meminta bantuan Khairul di laboratorium. Beliau merupakan guru yang sangat baik hati dan selalu membantu Khairul dalam segala kesulitan. Dari beliaulah Khairul Fajri mendapat satu lagi pengalaman hidup yang begitu berharga. Pria paruh baya itu pernah berkata kepadanya, “Rul, jika kita ingin sukses, kita harus memulai segala sesuatunya dari hal-hal yang paling dasar, dengan jerih payah, tekad, dan semangat yang kuat, kesuksesan akan lebih mudah untuk kita raih.” Ibarat kata pepatah, Berakit-rakit dahulu berenang-renang kemudian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Tidak ada hal yang tidak mungkin yang dapat kita capai di dunia ini. Inilah yang membuat pria yang memiliki hobby berenang ini lebih gigih lagi dalam segala hal yang dia hadapi. Nyatanya, selain menjadi remaja mesjid yang aktif, ia juga seorang siswa yang cukup berkopetensi dalam hal pendidikan. Ia pernah menjuarai Kompetisi Keterampilan Kejuruan untuk Sekolah Menengah Kejuruan se-Aceh yang kemudian meraih peringkat ke-2.
Setelah lulus sekolah menengah, saat itu pula kondisi Aceh dalam keadaan tidak aman Kerusuhan yang terjadi antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Tentara NKRI, membuat negeri Serambi Mekkah itu menjadi Daerah Operasi Militer (DOM). Disaat getir-getirnya perpecahan dan kerusuhan inilah Khairul Fajri akhirnya memutuskan untuk berhijrah ke Jakarta. Dengan bermodalkan keberanian dan tawakkal pada Yang Maha Kuasa, pria berdarah Arab ini melanjutkan perjuangan hidupnya di Ibukota Negara Republik Indonesia tersebut.
Dua tahun di Jakarta, ia tidak langsung melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah. Sebulan pertama kedatangannya di kota metropolitan itu, ia tinggal bersama salah satu kakak sepupunya yang saat itu berdomisili di Jakarta. Namun, pada bulan berikutnya, ia memberanikan diri untuk hidup mandiri jauh dari keluarga. Pria ini kemudian pindah ke sebuah asrama mahasiswa yang bernama Asrama Mahasiswa FOBA. Hanya saja, walaupun telah tinggal di asrama mahasiswa, pria yang juga mempunyai hobby membaca ini masih juga belum melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah. Kesehariannya ia habiskan dengan beraktifitas di mesjid dan juga mengikuti beberapa program pendidikan non-formal. Agustus 2000, Khairul Fajri memberanikan diri untuk mengikuti program kursus computer dalam bidang Program Auto CAD di VISI, Jakarta. Kemudian dilanjutkan pada bulan Oktober 2000, mengingat getirnya persaingan dunia internasional, sehingga pria yang berkulit sawo matang ini menguatkan tekad untuk kursus berbahasa Inggris di LIA, Jakarta. Walau memulai dari level basic dan kemudian menuju ke level general, namun hal itu tak mengecilkan semangatnya untuk terus berusaha dan menuntut ilmu. Sehari-hari Khairul menghabiskan waktu kosongnya di mushalla yang terdekat dengan asrama tempat ia tinggal. Disebabkan oleh kebiasaanya menghabiskan waktu senggangnya di mushalla inilah, akhirnya Allah mempertemukannya dengan seorang ustadz yang bernama Ustadz Fauzi Sholeh, S.Ag, M.Ag. Beliau lah yang akhirnya memberikan ide usaha yang membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Bersama Ustadz Fauzi, Khairul Fajri akhirnya mendirikan sebuah rental computer yang berkawasan di Ciputat, Jakarta. Rental komputernya ini berdiri tepat di samping sebuah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, dan mereka namakan rental computer ini dengan nama Rental Komputer Syukur Com.
Kesehariannya yang diwarnai oleh beraneka ragam kehidupan kampus yang kebetulan berada di samping rental computer yang ia dirikan bersama Ustadz Fauzi, membuatnya termotivasi untuk kembali melanjutkan pendidikannya di universitas tersebut. Namun mengingat ia berasal dari sebuah sekolah kejuruan yang berbasis teknik, sehingga ia merasa tidak cukup banyak memiliki pengetahuan dalam bidang agama. Waktu demi waktu ia lewati dengan bekerja di rental computer yang ia dirikan bersama ustadz Fauzi. Setiap harinya selalu ada tempahan pengetikan makalah maupun tugas-tugas kuliah dari mahasiswa setempat. Dari pekerjaan mengetik makalah dan tugas-tugas mahasiswa itulah Khairul Fajri akhirnya dapat mempelajari apa yang dipelajari mahasiswa-mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah itu. Semakin lama ia belajar, ia semaki termotivasi untuk melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah lagi. Dengan tekadnya yang kuat, ia memberanikan diri untuk ikut Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri di UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta, dan akhirnya ia lulus masuk ke universitas tersebut.
Di tahun 2002 inilah ia memulai kembali pendidikannya di bangku kuliah. Selama satu semester pertama, pria yang memiliki tinggi 175 cm ini masih melanjutkan usahanya di Rental Komputer Syukur Com yang telah ia dirikan bersama Ustadz Fauzi tersebut. Namun, setelah beberapa semester berikutnya, berkat pengalamannya dalam beberapa pendidikan non formal yang pernah ia ikuti, ia memberanikan diri untuk mencari pengalaman kerja di dunia marketing.
Dengan modal pengetahuan yang ia dapatkan dari Seminar Sehari “Strategy to Apply for Job” di Sahid Jaya Hotel, Jakarta, pada 30 Juli 2000, ia mencoba mencari pekerjaan dalam bidang marketing. Dengan kegigihannya, akhirnya di tahun 2003, ia memperoleh pekerjaan sebagai Sales Executive di Iconplus, Jakarta. Sebuah perusahaan provider internet ini membawa Khairul untuk lebih cergas dalam bertindak, karena product yang berkualitas tinggi dengan kecepatan jaringan internetnya ini, membuat product bermutu ini selalunya dibeli oleh perusahaan-perusahaan besar yang ada di Jakarta.
Tekad, semangat, dan kegigihannya dalam berusaha mencari rezeki untuk terus bertahan hidup dan melanjutkan kuliahnya, membuat Khairul Fajri tak pernah lelah dalam mencari pekerjaan yang kian lama kian membaik. Di tahun yang sama, tahun 2003, ia juga pernah bekerja sebagai Sales Executive di PT. Ing Aetna, Jakarta, sebuah perusahaan yang menawarkan insurance kepada masyarakat. Disini Khairul Fajri mendapat pengalaman yang cukup berharga, karena tidak banyak masyarakat yang mau mengasuransikan diri mereka, sehingga memacunya untuk terus berusaha lebih keras lagi. Walau berkali-kali tawarannya di tolak orang, namun ia tak pantang mundur. Akhirnya ia mendapatkan banyak klien yang berdarah cina, mereka yang berfikiran jauh lebih kepada masa akan datang, dengan senang hati menerima tawaran-tawaran asuransi yang diberikan oleh pemuda bertubuh semampai ini.
Selanjutnya, setelah beberapa bulan bekerja di PT. Ing Aetna, memasuki tahun 2004, pria ini kembali mencari sebuah pekerjaan lain yang juga masih berkisar dunia marketing. Khairul akhirnya mendapatkan pekerjaan di American Express Bank, Jakarta. di tempat kerjanya yang baru ini, ia mendapatkan posisi yang cukup baik. Dengan modal pendidikan non-formal yang ia dapatkan pada workshop “Table Manager” di President Hotel, Jakarta pada 30 Mai 2000, dan juga Traning Kepemimpinan (TIMPAN) di PP. IMAPA, Jakarta, pada 2001, serta Seminar Sehari “ Lapangan Kerja” di UIN Syahid, Jakarta pada 1 Juni 2002, membuat pria berdarah arab ini memiliki kredibilitas untuk menjadi seorang coordinator pemasaran credit card American Express. Sebagai coordinator pemasaran kartu kredit yang menggunakan currency dollar ini, Khairul termotivasi untuk lebih berusaha keras lagi untuk meraih keberhasilan yang lebih baik. Hampir setengah tahun ber-experience di American Express Bank, Khairul Fajri kembali mendapatkan pekerjaan lain sebagai Field Underwater Staff di PT Bringin Life Insurance, Jakarta. Melihat kinerjanya yang baik, dan pernah mengikuti Training di Field Underwater PT. Bringin Life Insurance, Jakarta, pada April 2002, akhirnya Khairul diangkat menjadi pegawai tetap di perusahaan asuransi tersebut. Hanya saja, mengingat pria Aceh ini masih dalam program kuliah, beliau mendapatkan sedikit keringanan untuk membagi waktu kerjanya dengan waktu dengan kuliahnya. Kuliah sambil bekerja membuatnya banyak mempelajari berbagai hal dari orang-orang sekitar yang pernah ia jumpai.
Di tahun 2005, pria yang berdarah arab ini bertemu dengan salah satu klien di tempatnya bekerja. Melihat performance pemuda ini yang cukup tampan dan menarik, sang klien menasehatkan beliau untuk mencoba menceburkan diri dalam dunia entertainment. Bermodalkan wajah yang cukup tampan serta kepintarannya dalam berakting, ia mencoba untuk ikut casting sebagai model iklan. Casting pertama yang ia ikuti adalah casting untuk iklan salah satu product unilever. Namun, karena itu adalah casting pertamanya, hal ini membuatnya gerogia berada di depan kamera. Akhirnya kegerogian itu membuat ia harus gugur dalam casting tersebut. Tetapi, setelah itu, pria ini akhirnya kenal dengan beberapa agency periklanan, dan setelah melalui beberapa kali casting untuk iklan baik itu untuk iklan televisi maupun untuk print ad, akhirnya ia mendapatkan beberapa tawaran untuk menjadi model dibeberapa iklan yang ditayangkan di televisi maupun yang dibuat dalam bentuk print ad. Di tahun 2005 itu sendiri, ia mendapatkan 3 iklan untuk ia perankan. Iklannya yang pertama ialah iklan “Hairmist”, iklan ini berbentuk print ad dan juga berupa billboard yang di pajang di setiap jalan ibukota, baik itu kota-kota besar di Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia. Yang kedua adalah iklan “Naturade Gold” yang tayangannya selalu ditampilkan di layar kaca televisi swasta yang ditonton oleh jutaan penduduk di seluruh Indonesia. Dan iklannya yang ketiga adalah iklan untuk hair style yang diprakarsai oleh Mance Salon di Jakarta. Mengingat ia mencari rezeki untuk membatu kuliahnya sendiri, dan juga tidak ingin sampai kuliahnya harus tergadaikan dengan kegiatan entertainment, ia akhirnya memanage waktunya dengan segala kegiatan entertainment yang ia peroleh.
Memasuki tahun 2006, pria yang berdomisili di Jalan Setiabudi, Jakarta ini lagi-lagi menerima tawaran iklan. Iklan yang berikutnya berupa iklan print ad untuk “Gloss Fashion Photography”, sebuah studio yang memiliki tema yang lebih cenderung kepada fashion modern dan juga wedding. Berikutnya ia juga menerima tawaran untuk menjadi salah satu model di Fashion Show Ronald VG (RVG), Jakarta.
Sebaik saja Khairul menamatkan kuliahnya pada Desember 2006, selanjutnya memasuki tahun 2007, dia semakin sering menggeluti dunia entertainment. Ia pun menerima sederetan tawaran iklan, bahkan sampai tawaran untuk bermain di Film Layar Lepas. Sejumlah tawaran iklan yang ia terima antara lain model untuk print ad pada billboard Insurance JSP, dan juga sebagai model untuk print ad Heineken. Selain menerima tawaran sebagai model print ad, pria ini juga menerima beberapa tawaran iklan untuk Televisi Commercial, seperti saja iklan Honda Mega-Pro dan juga iklan Bank BNI yang kedua-duanya ditayangkan di seluruh televisi swasta yang ditonton oleh seluruh masyarakat di Indonesia. Selanjutnya, Khairul Fajri juga menerima tawaran untuk bermain di Film Layar Lepas yang berjudul “Mpok Gue Preman” yang di produksi oleh Maxima Production House. Film yang ia bintangi bersama Sarah Azhari itu merupakan tawaran terakhir yang Khairul terima sebelum ia akhirnya memutuskan untuk berangkat haji bersama sang ibunda tercinta.
Dengan motivasi dari sang ibunda yang ingin berangkat ke tanah suci bersama-sama dengannya, Khairul akhirnya terus bersemangat, berusaha keras dan selalu berupaya untuk mengumpulkan uang demi cita-cita mulia sang ibunda tercinta. Namun sayang, impian untuk berangkat ke tanah suci bersama sang ibunda harus pupus karena sang ibunda, Hj. Cut Syarifah Ummi Kalsyum (almarhumah) lebih dulu menghadap Ilahi lima hari sebelum hari Ulang Tahun Khairul Fajri, tepatnya pada 15 Oktober 2007. Kesedihan ia alami begitu dalam. Seorang wanita yang paling dekat dengannya, dan yang paling ia cintai, harus lebih dahulu menghadap Allah sebelum sempat menginjakkan kakinya di depan ka’bah. Dengan sangat sedih, Khairul akhirnya berangkat ke tanah suci Mekkah seorang diri untuk menunaikan ibadah rukun Islam yang ke lima itu.
Sepulangnya dari tanah suci, pria yang kini sudah bergelar Haji Khairul Fajri, S.EI tersebut berfikiran untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 di Malaysia. Beberapa waktu di Jakarta, dan kemudian ia kembali lagi ke kampung halamannya di Aceh untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk kembali melakukan hijrah ke negeri jiran, Malaysia. Beliau memasukkan permohonan belajar S2 nya di sebuah universitas yang bertaraf internasional yang berada di kawasan Selangor Darul Ehsan. International Islamic University Malaysia, menjadi pilihannya untuk melanjutkan pendidikannya dan kembali menimba ilmu untuk masa depannya yang lebih baik. Dengan mengambil jurusan Master of Economics di universitas berasitektur timur tengah itu, ia berharap agar kelak bisa memperoleh sebuah pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Setelah pulang dari haji ini pula, Khairul belum mau menerima apapun tawaran iklan, film, maupun model lagi. Ia lebih memfokuskan pikirannya pada kuliah yang ia jalani sekarang. Namun, hal ini juga tidak menutup kemungkinan untuknya kembali pada dunia entertainment jika seandainya pada masa senggang di waktu libur kuliah ia mendapatkan tawaran untuk iklan, model, atau
